• Home
  • About
  • Daily life
  • Poem
  • Nutritionist
Powered by Blogger.
twitter instagram pinterest bloglovin Email

Jumat Sore

Qaddarallahu Wa Maa Sya’a Fa’ala


Dear future husband whoever you are.

If you marry me, you are marrying my loud laugh and my shrill sound.
You are marrying my obsession about books, foods, movies, fashions, and also my obsession to be graceful woman.
You are marrying my happiness for little things like good food, good view, beach, sunset, also kids laugh. You are marrying my tears for unimportant things.  My once a month period pains. My overwhelming thoughts. My unconditional mood and egoism too.

If you marry me, i will control whatever you eat and you must be "Yes!" for this. I just want you to stay healthy, so we can grow old together with a lot of kids and grandchilds bi'iznillah.
If you marry me, you are marrying my family and all things about them.
If you marry me, you are marrying everything about me.

May be, i can't be a trophy wife for you that got appreciation like best wife of the year or whatsoever. But I will try to decrease all my bad things because i want to be a great wife for you, and also a wonderful mom for our children. I just want you and our children always being grateful for having me in your life. Like my forever wish. Hopely.


Mataram, 1 September 2018
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Aku bukan pengingat yang baik, tetapi tuhan terlalu banyak menyimpannya di kepala.
Sudah sejauh ini aku memunggunginya, sedekat itu tuhan mempertemukan dalam ingatan.

Kemarin pun rindu bermalam.
Terbangun. Kudapati kenangan masih tertidur.
Aku tak membuka jendela, sengaja.
Agar angin tak masuk menyegarkannya.

Pun tinta yang menari di atas lembar demi lembar tentangnya sepertinya mulai lelah dan memudar.
Kulihat goresannya tidak setegas dulu.
Tiap lembarnya kini terasa dingin, mengering dan kaku.

Dia pernah mengguruiku tentang kehidupan dan beberapa rahasianya.
Hidup berasal dari harapan-harapan, katanya.
Hidup terbentuk dari kebetulan-kebetulan, sanggahku.
Hidup berjalan meninggalkan kenangan-kenangan, katanya.
Aku setuju. Tak menyanggah karena aku percaya itu.

Tapi nyatanya, dari sekian banyaknya harapan dan pertemuan, rasanya hidup berjalan dengan menemukan kehilangan-kehilangan.

Sekarang aku mulai paham, bahwa pada akhirnya akan ada dimana sebuah harapan hanya bisa selamanya menjadi angan.
Tuhan maha tahu mana yang lebih baik menjadi semu untuk selanjutnya hilang diikhlaskan.

Kata orang... "If he/her does not meant for you, then it meants GOD already have someone who fits you better".
Aku percaya dan menerimanya. Sungguh! Untuk kali ini dan seterusnya. 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Hujan di malam Minggu.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Ternyata rindu tengah bertamu. Kupersilahkan masuk, namun ia memilih berdiri diam.
"Apa maumu?" tanyaku.
"Aku rindu milikmu. Dia tak menerimaku di rumahnya. Karena itu aku kembali padamu."

Lagi-lagi hatiku salah memberi alamat. 💨

Haaaaaah lucunyaaa...
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Malam ini hujan mengguyur kota
Aku berjalan menunduk menyusuri jalan
Langkahku terhenti di suatu kubangan air yang mencerminkan seseorang
Seseorang yang membuatku membangun harapan, yang kemudian runtuh hanya dengan sekali sentuh

Dia runtuhkan pertahanan hati yang sengaja ku bangunkan sebuah tembok raksasa
Tak kasat mata tapi hebat menghalangi rasa
Apalagi terhadap cinta, yang tak pernah punya cukup tenaga walau hanya untuk mendongak meminta
Tembokku tinggi. Tinggi hati dari cinta yang selalu rendah diri

Betapa kukuhpun cinta bertahan mengucap salam dari balik tembok raksasaku untuk sekedar bertamu di muka beranda, tetap saja hatiku menulikan telinga
Hingga bertamulah dia
Lelaki berjubah kehangatan, penyusup yang tidak mengatasnamakan cinta tapi ia buat aku berbagi cita

Kilat menyambar. Tersentak aku menutup mata
Dia hilang. Aku menggigil menahan rasa
Dimana dia? Bersembunyi di balik kata, aku tak lagi mengerti alur cerita

Petir menggelegar. Aku berlari dibawah hujan deras
Memasang tekad membangun kembali tembok tinggi lagi kokoh dan keras
Pukul 9 malam dan hujan berhenti, aku dihujani kesadaran diri
Selama ini aku telah jatuh sendiri, ada luka tertinggal menyakiti
Itulah kenapa aku memilih pergi

"Scars have the strength power to remind us that our past is real"

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Aku menulis tentangmu
Seharusnya kamu yang paling tahu mana kamu diantara puisi-puisiku
Kata-kata sia-sia
Tak satupun menyentuhmu
Aku pilu tak dibaca

Kupikir suka citaku kamu
Tapi luka seiring langkahku mengejarmu
Seharusnya aku dengar kata ibu
jangan berlari sambil menutup mata
kan mudah ku terjatuh, hati salah arah

Aku tak bisa membacamu
Kata-katamu berjuta makna, aku yang mana?  Seharusnya aku dengar kata ayah
Jangan jatuh cinta pada pujangga
kan mudah ku terluka, hati salah kira

Aku berlarian ke arahmu, kau tak ingin ku tuju Aku cinta puisimu, bukan aku isi tulisanmu
Aku harus apa?
Menghasut ibu agar memarahimu?
Atau ke ayah untuk mengadu?
Tidurlah semalam saja di puisi ini
Rasakan rindu pada detak spasi

Tiba suatu hari aku tertangkap basah, kau baca puisiku
Kau menemukanku payah, terbaca menyedihkan tersesat menujumu

Kata-kata terangkai mengenaskan
Cara kerja titik tidak dimengerti penantian
Beratus-ratus ingin berhenti ku tuliskan
Beribu-ribu kau tetap ku inginkan

Harus berapa puisi lagi ku tulis?
Mengundangmu membacaku menangis
Harus berapa bait lagi meringis?
Menunggu harapanku segera kau tepis

Letih aku berjalan dalam lembar kertas
Menambahkan kata-kata cinta tanpa batas
Pun tak berbalas



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai...
Apa kau seorang pemimpi?
Kalau iya... Kau sama denganku.

Kita... punya banyaaaaak mimpi!
Pun banyak sekali doa agar setiap mimpi tercapai.
Tapi, ada mimpi-mimpi yang hanya sebatas mimpi.
Iya! Tidak semua terwujud.
Dan aku, kamu, kita harus menerimanya.
"Allah selalu dan yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita.", Tanamkan itu pada dirimu gaess!

Akan kubagi sedikit pengalamanku tentang mimpi. Mungkin kamu juga merasakannya.
Mari sama-sama mengingat kembali. Harus ada pelajaran yang dapat kita ambil bukan?

Aku pernah bercita-cita menjadi dokter. It's everychilds idea i think. Tapi ini cita-citaku sampai mendewasa. Pun aku memilih jurusan ini di setiap tes masuk perguruan tinggi yang lumayan banyak kuikuti. Tidak lulus. Tahun berikutnya pun mencoba lagi. Tidak lulus juga.
Sudah memasuki tahun kedua kuliah di jurusan gizi, aku belajar tentang semua penyakit dan penanganannya melalui gizi. Ada beberapa matkul yang "dokter" banget dengan hafalan-hafalan yang banyak berisikan istilah-istilah ngejelimet. It's the hardest lesson for me yang nggak kuat ngafal. Waktu MA pun merasa lemah di biologi tapi tetep ngotot pengen jadi dokter. Lucunyaaa... Haha.
Mira yang suka mikir ini jadi mikir... "Baru dapet matkul kayak gini aja lo nggak kuat Mir! Sadar kualitas diri laaaah... Lo emang ditakdirkan nggak bisa pake jas dokter!". Eh! bisa dong ya! make doang kan bisa minjem bentar. He.
Pemikiran "itu" lambat laun kurang baik lah menurutku karena termasuk menyadarkan diri dengan tidak menghargai diri. Ssttt... Kamu jangan gitu. Sayangi diri...
Lambat laun juga aku menyerapi kalimat yang sering kutulis dimana-mana. "Allah tahu yang terbaik untuk kita". Kemudian mulai meraba-raba apa yang Allah beri sebagai ganti dari doa-doa panjangku.
Kau tahu? Allah memberikan kebahagian melimpah ruah semasa perkuliahanku di Gizi yang rasanya nggak akan kudapatkan kalau nggak disini. Aku dikelilingi teman-teman baik, lingkungan baik dan takdir-takdir baik. Kebahagiaan terbesar adalah i can make my parents proud of me dari awal kuliah. Really proud... They stop to compare me with my awesome talented big brother. Ini beban terberat menjadi Mira si younger sister of the best grandpa's grandchild selama ini. It's like they want me to be perfect but they don't even know that i'm hurting . 
Itu tu keangkat gaess!!! Hepi banget kan yaaa.... Bahagia yang tanpa sadar gitu lo pemirsah. Bahagia banget pas nyadar. Semoga kalian ngerti haha.
Lanjut... Ahirnya mikir lagi... "Allah tidak mengabulkan yang satu untuk mengabulkan yang lain, yang tentu lebih baik buat kita". Mungkin.... kalo lulus kedokteran, aku dengan otakku dan segala keterbatasannya ditambah diriku yang pemalas luar biasa dibumbui ketidakpedulian dengan sekitar sometimes, nggak akan kuat. Nggak bisa bertanggungjawab sama pilihan sendiri dan nggak bisa bikin bangga, atau malah jadi nambah-nambah beban. And then, beban yang selama ini kuhadapi with many hiden tears nggak ada ujungnya. Iya kan?
Makanya quotes-quotes bertebaran bilang "Allah tidak memberi apa yang kamu inginkan, tapi apa yang kamu butuhkan" itu aku setuju banget! Aku lebih butuh "dianggap" daripada jadi dokter.

Let me tell you or remind you some sentences that really means so much for me. 
"Jika kau benar-benar menginginkan sesuatu, mintalah pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Rayu Dia.... penuhi dadamu dengan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pun akan mengabulkan do'amu.
Allah akan menjawab setelahnya. Satu diantara tiga.
"Iya. Kuberikan sekarang juga."
"Iya. Kuberikan, tapi nanti. Bersabarlah. Aku masih ingin melihatmu mendekat padaKu."
"Tidak. Aku sudah menyiapkan yang lebih baik untukmu."

Ketika yang kau dapat adalah yang ketiga. Hatimu akan dipenuhi keikhlasan.
Keikhlasan untuk menerima.
Menerima bahwa tidak semua yang kau inginkan terwujud.
Mungkin... Hatimu tidak akan ikhlas seketika!
Maka Allah akan tunjukkan melalui berbagai macam perantara kemudian, bahwa yang kau inginkan bukan yang terbaik untukmu.
Bahwa  tidak terkabulnya yang satu untuk mengabulkan do'amu yang lain.
Yang lain itu bisa jadi adalah hal yang paling kau inginkan. Yang lain itu juga lebih baik bagimu tentunya."

Tulisan ini tidak bermaksud menyuruhmu menyerah atas mimpi-mimpimu pembaca yang budiman. Kau harus tetap berusaha! Usaha keras... And after all, you just need to tawakkal. Banyakin doa lalu serahkan hasilnya sama tuhan. Apapun itu, yakinlah itu yang terbaik buat kamu.
Kalau kamu merasa itu bukan yang terbaik. Then think... Think again and again. I'm sure that you'll finally think that... It's better than what you wanted or planned before. 


Dari yang rapuh ingin kuat dan ingin kamu juga kuat. Eaaaa 😆
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Aku pernah menyerah karena kehabisan daya.
Ada luka tak kasat mata.
Sakit tentunya. Namun lega tiada terkira.
Kemarin yang terasa berat hanya untuk berjalan, sekarang terasa ringan untuk berlari kencang.
Aku yakin, pasti ada saatnya luka dalam diriku sembuh. Entah karena terbiasa dengan sakitnya, atau akan ada seseorang yang akan menyembuhkannya.
Terimakasih telah bersikap baik sepanjang terganggu.
Semoga pernah ada bahagia mengenalku.

Sekarang aku sembuh!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • ABOUT (1)
  • DAILY LIFE (6)
  • NUTRITIONIST (6)
  • POEM (9)
  • STORY (8)

VISITORS

Blog Archive

  • November 2018 (7)
  • October 2018 (8)
  • July 2018 (2)
  • June 2018 (1)
  • April 2018 (1)
  • December 2016 (1)
  • October 2016 (2)
  • July 2016 (6)
  • June 2015 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates