• Home
  • About
  • Daily life
  • Poem
  • Nutritionist
Powered by Blogger.
twitter instagram pinterest bloglovin Email

Jumat Sore

Qaddarallahu Wa Maa Sya’a Fa’ala


Ah.. Aku nggak sekuat Emir dan Adrie.
Gengsi kita sama-sama lebih besar dari ingin kita masing-masing.
Aku dan kamu terus menetap di posisi masing-masing. Tidak mendekat, tidak pula menjauh.

Ada yang pernah bertanya "Sampai kapan?",  "Sampai salah satu dari kita menyerah. Kamu, menyerah untuk menerimaku. Atau aku, menyerah karena kehabisan daya." jawabku untukmu.

Tapi, maaf. Sekarang aku kehabisan daya.
Aku lelah. Aku mengalah.
Sudah ku coba mendekat tapi tak tahan dengan harga diri menurutku.
Dan akhirnya memilih mundur terlihat lebih baik untukku.

Selamat tinggal geng!!!


Mataram, 21 Juni 2018


*Emir dan Adrie adalah tokoh dalam buku "Runaway from You" dan buku keduanya "Back to You" (jika kamu penasaran) he.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


3 fajar terlewati
Aku tak lagi kemerahan
Aku termenung setiap pagi
Kini aku menemukan jawaban

Berada di tengah sangat asyik
Tanpa beban dan pikiran melayang-layang
Tapi kau tentu tahu, aku menyusun tangga hanya karena tertarik
Bukan karena senang

Dia yang mengajakku ke barat, juga menawarkan bagaimana hidup yang aku inginkan
Dan aku manusia biasa yang mudah tergiurkan
Kudengar orang-orang lebih suka kepastian
Berat. Tapi tiada kata yang lebih baik selain kejujuran

Disini, kusederhanakan bahasa
Untuk kau baca
Aku tau kau pintar
Dan aku yakin kau pahami ini juga dengan baik dan benar

Aku masih di tengah
Menyenangkan berkuasa atas arah
Bebas tanpa B atau A
Bebas tanpa rasa


Ponakan Om Aup 
Jago, 24 Oktober 2018
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar




Mira Ardiningsih

Was born in Jago, May 10th 1996.
Oficially S.Tr.Gz since September 2018 at Health Politechnic Ministry of Health Mataram.

Yeaah!!! I am a Nutritionist that so in love with reading, watching, eating and swimming.

That really want to be a gracefull woman. 
And material wife.

Ha ha ha


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Aku membangunkannya payah 
Untuk kutanyakan arah
Kudapati aku harus ke selatan
Untuk melupakan 

Aku tidak lagi di timur, yang kemerahan seperti fajar saat matahari datang 
Dia masih tertidur, ketika aku sudah bangun waktu subuh menjelang 
Pun tidak memilih utara yang sunyi tanpa diutarakan
Karena sepi bisa membuatku tidak bergerak seperti mati dan aku tak tahan
Dia juga tidak mau barat dengan keramaiannya 
Karena jingga, aku tak sama dengannya

Lalu kudapati kamu ketika aku masih mengharapkan barat
Waktu berjalan sangat lambat
Menuju selatan tidak pernah mudah bagi siapapun
Aku berusaha tanpa ampun 

Kamu di tengah
Aku baru tau itu juga pilihan
Ternyata kita tidak harus menuju arah
Karena kudapati kamu menapaki tangga dengan pasti walau pelan 

Aku tertarik
Menuju tengah
Karena selatan sungguh tidak menarik
Membuat jengah 

Berada di tengah, seperti magnet, aku ikut mencoba menyusun tangga
Kususun tangga pertama, kedua, ketiga dan seterusnya
Berada di tengah, aku berkuasa atas arah.
Disitu ada kamu yang membantu sebagai pengarah 

Kini ada yang menawariku ke barat
Sedang aku masih kemerahan ketika fajar
Di tengah aku senang menyusun tangga dan masih ingin berkutat
Kurasa ini semua tidak benar 

Kisah di timur, pengalaman di selatan, aku siap merelakan
Menyusun tangga di tengah, kemudian menuju barat, mungkin itu yang kuinginkan 
Kamu mencegat
Takut tidak bisa membawaku ke barat
Sekali lagi, aku tidak tahu kemana harus berjalan
Katamu, aku harus bertanya pada tuhan 


Kakak nya Dilan, 
Jago, 21 Oktober 2018
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Tampi
Menampi
Adalah kegiatan membersihkan (beras, padi, kedelai dan sebagainya) dengan nyiru digerakkan naik turun ke atas (KBBI V, 2016).


Hari itu, aku belajar menampi.
Nimbrung di perkumpulan bibi dan kakak sepupu ku yang sedang menampi di teras rumah. Ku katakan pada mereka bahwa aku ingin ikut belajar menampi.
Kata bibi ku, "Akan jadi apapun kamu nanti, sehebat apapun... kamu tidak boleh jauh dari dapur. Belajarlah hal-hal kecil seperti ini. Walaupun nanti, kamu punya asisten rumah tangga, setidaknya kamu tahu cara melakukannya. Banyak belajar tidak akan merugikanmu sedikit pun."

Dia bibi Rahnim, saudara bungsu bapak ku. Tinggal dengan bapak sejak awal pernikahan kedua orangtua ku. Tahun 1991.
Bibi hanya bersekolah sampai SMP. Mulai tinggal dengan kakek lagi setelah tamat. Tapi tetap bolak-balik rumah membantu mamak mengurus rumah dan kami, para keponakannya.
Dia berjasa banyak dalam tumbuh kembang kami semua. Ada andil bibi dalam apa yang tertanam dalam diri kami. Dari semua keluarga, aku paling suka, nyaman dan dekat dengan bibi. Setelah lulus pondok lah aku mulai terbiasa dengan keluarga yang lain. He.

Bibi memberi ku nyiru, menaruh sedikit beras di atasnya. "Belajar dari yang sedikit dulu." katanya.
Melihat mereka menampi sungguh sangat terlihat mudah. Pikirku menampi akan semudah terlihat.

Kau tau? Ketika mencoba menggerakkan nyiru ke atas dan bawah, beras di nyiru ku berhamburan keluar.
Tidak banyak. Tapi aku gagal. Caraku salah.
Kuperhatikan lagi bagaimana mereka menggerakkan nyiru. Mencoba meniru, aku berhasil membuat beras tetap stay di nyiru. Tapi tidak hanya beras, semua stay, tidak ada yang keluar dari nyiru. Seharusnya, ketika menampi, sekam dan beras patah yang kecil serta batu maupun kotoran lainnya akan keluar dari nyiru. Hanya tersisa beras bersih. Tapi aku tidak.
Aku mencoba lagi.
Lagi.
Dan lagi.
Akhirnya aku berhasil. Hanya berhasil mengeluarkan sekam. Batu dan kotoran kupilih-manual sedangkan beras patah yang kecil dituntaskan oleh bibi ku. Huehehe.

Dan menampi itu memegalkan pemirsa. Pergelangan tanganku pegal. Aku hanya belajar sebentar dibandingkan mereka berdua yang dari tadi dan menuntaskannya hingga selesai. Bayangkan saja pegalnya pasti berkali lipat.

Kau tahu apa yang kudapat dari belajarku waktu itu?
Nasi yang kita makan, berproses panjang dan tidak mudah untuk menjadi nasi yang tersaji di piring, kita makan dan menjadi sumber energi untuk beraktivitas.
Aku yang sekarang. Kamu yang sekarang. Berproses panjang dan tidak mudah sampai sebesar ini dengan segala pencapaian kita masing-masing.
Dibaliknya, ada tangan-tangan pegal, ada tetes-tetes keringat juga air mata yang kita tidak tahu banyaknya.
Ada kuasa tuhan!
Bersyukurlah.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin.

Jangan sombong! Kita tidak ada apa-apanya dan tidak pantas untuk itu.

Satu lagi pesan ku kawan...
Takkan pernah terbayar kerja keras orangtua meski kau berprestasi dimana-mana.
Iya, tidak terbayar, tapi bisa membuat bangga.
Bahagiakan, selagi sempat.
Tengok dan telpon mereka.
Usia tak lagi muda,
Kau yang muda jangan hanya sibuk dengan dunia sendiri.


Mira Ardiningsih
Jago, 20 Oktober 2018
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hanya sebagian hidupku yang kau tahu,  jangan coba menebak-nebak keseluruhannya karena ia takkan pernah sama.
Kau hanya melihat apa yang ingin kau lihat.  Aku hanya menampilkan apa yang ingin aku terlihat.
Sebab potongan hidup yang kubagikan adalah potongan-potongan yang sudah kupilih.
Aku manusia.  Jauh dari kata sempurna dan penuh cela. 
Jadi berhentilah mencari-cari tentangku terlalu jauh jika tidak ingin kecewa. 
Ingin melanjutkan? Silahkan...
Tapi bersiaplah dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terpikirkan dan kau  inginkan.
Mira A
Jago, 11 Oktober 2018
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
It has been two years...
Ternyata butuh waktu dua tahun untuk benar-benar kembali...
Dan entah butuh berapa lama untuk mengikhlaskan juga memaafkan. 
Sebulan?  Dua bulan? Setahun?  Atau bahkan dua tahun seperti waktu  yang  dibutuhkan untuk kembali??? 
Menurutku mungkin...  Hanya mungkin...  Waktu untuk itu tidak akan selama kembali. Semoga.  Dan aku harap iya...
Aku tahu kau meragukan kembaliku.
Aku tahu kau sangat tidak setuju dengan keputusanku membiasakannya. 
Aku tahu itu karena kau takut aku pergi. 
Aku tahu seberapa besar ketakutanmu akan pergiku.  Lagi. 
Tenanglah! 
Percayalah!
Orientasinya sudah berbeda kawan. 
Itu yang selalu aku katakan berulang kali...
Ini bukan hanya bualan seperti yang sudah-sudah. 
Fatamorgana itu sudah berlalu.
Bunga itu sudah layu dan menghitam kemudian mati. 
Tidak akan tumbuh meski tersiram kembali.
Ia lebih memilih membusuk, terkubur,  kembali ke asalnya. 
Karena tanah menjanjikannya menjadi pupuk yang mungkin bermanfaat bagi yang lain.
Karena janji tanah lebih memesona dari menunggu air menyiram memekarkan mengundang sang lebah datang.
Bersamaku selama ini, kau tentu tahu yang kumaksudkan...
Tapi kawan...
Aku akan memberitahumu satu hal.
Sekarang,  lebah itu tak jarang mengitari kuburan busukan bunga. 
Jangan khawatir!!!
Kalaupun lebah kerap mengitari dan bahkan nantinya hinggap, busukan itu tidak akan bisa kembali menjadi bunga apalagi bermekaran...
Busukan bunga yang sudah terkubur akan terurai dan akhirnya tak berbentuk bukan???
"Karena berbaur dengan tanah lebih nyaman baginya"
Mataram, 7 April 2016
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai!
Lama tak bersua...
Diriku tak punya kuota dari kemarin, cuma bisa WA an dan selain itu hanya mengandalkan wifi  kehidupan after graduated ku se kere itu haha
Banyak yang ingin ku bagi... Banyaaaak sekali
Selain kendala kuota, aku juga malas. Malas menulis dan malas merangkai kata. Jadi mikir... Nulis itu sebenarnya passion aku bukan siih? Kok malas? Hahahahaha
List tulisan yg pengen dibuat banyak! Urutan pertama adalah tentang "Tampi". Yup! It's about pengalaman aku belajar "nampi". Ide ini sudah bersamayam sebelum ide nulis "Oh My Skripsweet". Tapi ya begitulah... Mood menulis ku tak kunjung datang. Malah tulisan ini terlompatkan terbit (cieelah terbit!!! ) oleh pengalaman skripsian itu...
Yang kedua adalah Gempa yang melanda Lombok selama sebulan lebih. Dari awal terjadinya gempa sampai berakhir kemudian disusul bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu... Tulisan ini tak terealisasi  Malah mau nulis how i feel when i know about Palu
Miraaa...!!! Itu udah 3 wacana menulis yg tak terealisasi!!!
Sekarang, aku berada dalam masa mengenang kebersamaan dengan teman-teman semasa kuliah (D IV B ku yang luarrr biasa!! ). Pengen nulis tentang ini juga T.T
Tadi malam inaugurasi dan that's the end. Aku seyakin itu kalau kami akan sangat sulit buat kumpul-kumpul bareng lagi. Sediih nggak sih?
Tapi aku sadar... Fase perkuliahan terlewati dan nggak boleh stuck disitu, kami semua harus mengahadapi fase selanjutnya.
Udah... Itu aja...
Cuma mau bilang malas nulis sementara ide banyak tak terealisasi.
Tulisan ini nggak ber"isi" sih. Nggak konsisten juga antara pakai bahasa formal dan informal. Tapi sebodo amat. Yang penting mau nulis tentang ini. Kamu... Blog ku... Tampung-tampung aja deh. Apapun itu yaaa... He
With 
Mira Anak nya Bapak Awaludin 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • ABOUT (1)
  • DAILY LIFE (6)
  • NUTRITIONIST (6)
  • POEM (9)
  • STORY (8)

VISITORS

Blog Archive

  • November 2018 (7)
  • October 2018 (8)
  • July 2018 (2)
  • June 2018 (1)
  • April 2018 (1)
  • December 2016 (1)
  • October 2016 (2)
  • July 2016 (6)
  • June 2015 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates